body onmousedown="return false" oncontextmenu="return false" onselectstart="return false"

script iklan

Jumat, 17 Juni 2011

bukti bahwa kejujuran itu dahsyat

Jujur itu hebat!
Jujur itu hebat!

SIAMI, ORANG JUJUR YANG TERUSIR

Rumah berdinding cokelat di gang sempit Jalan Gadel Sari Barat, Kecamatan Tandes, itu tampak sepi. Dua hari sebelumnya pada 8 Juni 2011, puluhan ibu-ibu berunjuk rasa di depan rumah tersebut. Mereka berteriak-teriak mengusir sang empunya rumah karena dinilai meresahkan. Sang empunya rumah adalah Siami, ibu dari Al yang merupakan siswa kelas VI SD Negeri Gadel II. Sementara, sebagian ibu-ibu yang berunjuk rasa di rumah Siami adalah wali murid kelas VI SD Negeri Gadel II.

Sejak 10 Juni 2011, Siami mengungsi ke rumah orang tuanya di Dusun Lumpang, Desa Sedapur Klagen, Kecamatan Gadel, Kabupaten Gresik. Ia mengaku takut dan terusir dari rumahnya setelah warga setempat berunjuk rasa mengecam dirinya. Pangkalnya adalah tindakan Siami yang membongkar contek massal di SD Negeri Gadel II. "Saya sempat diamankan di Kepolisian Sektor Tandes Surabaya," katanya. Ia mengaku keselamatannya terancam dan tak akan kembali ke rumahnya, meski sejumlah warga memintanya kembali ke kampung dan menyatakan meminta maaf. Ia bersama kedua putranya memilih berdiam di rumah orang tuanya hingga pengumuman hasil Ujian Nasional mendatang.

Rumah yang kini didiami Siami terlihat sederhana, berlantai semen dan berdinding papan. Di dalam rumah seluas 100 meter persegi ini, hanya lemari dan meja kursi yang menjadi perabot rumahnya. Rumah tersebut ramai dengan tetangga dan kakak Siami selalu mendampinginya.

Al, katanya, terus mendapat ranking satu sejak kelas 1. Cara belajar di rumah pun, kata Siami, sama dengan siswa lainnya. Al selama ini belajar didampingi bapaknya Widodo yang bekerja di pergudangan Margomulyo Surabaya. "Tak pernah les, les hanya menjelang ujian nasional," katanya.

Ia menjelaskan awalnya Al tak mengaku memberikan contekan saat ujian nasional lalu. Namun, Siami justru mengetahuinya dari teman sekolah di kelas yang berbeda. Jawaban Al, katanya, disalin dan diedarkan ke seluruh kelas 6A dan kelas 6B. Modusnya, Al menulis jawaban di kertas buram yang disediakan wali kelas Fatkhur. Namun, saat itu Al tak memberikan seluruh jawabannya yang dianggapnya benar. Alasannya, ia mengaku kesal dan takut dengan orang tuanya. "Sekitar 40-50 persen jawabannya berbeda," katanya.

Selanjutnya, kertas buram berisi jawaban Al disalin teman di bangku belakang di kertas buram lainnya. Kemudian, lembar jawaban tersebut diserahkan ke siswa lain kelas di dalam toilet sekolah atau di depan pot bunga.

Al kemudian mengaku disuruh wali kelas Fatkhur memberikan contekan ke teman-temannya. Awalnya Al menolak. Namun ia tak kuasa menolak permintaan sang guru. "Kalau kamu ingin balas budi gurumu, ajari teman-temanmu. Jika tak mau, kelak kamu tak bisa sukses," kata Siami menirukan ucapan Fatkhur kepada Al.

Siami melaporkan kejadian itu ke Kepala Sekolah SD Negeri Gadel II Surabaya, Sukatman. Awalnya, Sukatman kaget atas kejadian tersebut dan menyatakan meminta maaf. Namun, Sukatman melarang Siami melangkah lebih jauh. "Saya hanya ingin wali kelas Fatkhur meminta maaf," katanya.

Namun setelah sepekan, tak ada tindak lanjut. Siami kemudian melaporkan kasus tersebut ke Radio Suara Surabaya serta mendatangi Kantor Dinas Pendidikan Surabaya. Siami ditemui Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Surabaya, Eko Prasetyoningsih. Namun, Eko justru balik menyudutkan Siami lantaran dianggap tak memiliki bukti dan saksi. "Ibu, siap jika dituntut balik wali kelas lain," kata Siami menirukan Eko Prasetyoningsih. Eko, katanya, juga menyalahkan Al yang memberikan contekan kepada teman-temannya. Siami pun ketakutan dan banyak menanggapi pernyataan Eko.

Ia kembali bersemangat setelah mendapat dukungan dari media massa yang memberitakan kasus tersebut. Bahkan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mendatangi Siami dan meminta penjelasan kronologi kejadiannya. Setelah itu, Risma membentuk tim untuk mengusut kasus tersebut terdiri dari Inspektorat dan Dinas Pendidikan. Hasilnya, Inspektorat menjatuhkan sanksi kepada Fatkhur. Fatkhur diberhentikan dan dimutasi ke UPTD Tandes.

Saat ditemui wartawan usai pertemuan antara Siami dengan warga dan pejabat kecamatan, Fatkhur enggan memberi keterangan. Guru yang dikenal santun dan telaten membimbing siswa itu hanya berkata, “Saya tidak mau berkomentar.”

Menurut Siami, ia sengaja membongkar contekan massal tersebut demi kelangsungan pendidikan. Anak seusia Al, katanya, merupakan masa pembentukan karakter. Jika sejak kecil tak jujur, ia khawatir akan mempengaruhi jiwa dan sikapnya kelak di kemudian hari. "Ia saya didik agar pandai dan jujur," katanya.

Kini Al mulai tenang dan bermain sepak bola bersama teman sebayanya. Padahal, sebelumnya Al ketakutan dan menyendiri di dalam kamar.

tempointeraktif.com

=================================

POLITISI, CONTOHLAH IBU SIAMI!

Para politisi diimbau agar mencontoh sikap Ibu Siami, yang bersama anaknya, Alif (13) berani mengatakan kejujuran. Mereka mengungkapkan adanya aksi kecurangan dalam ujian nasional di sekolah anaknya, SDN Gadel 2 Surabaya. ALif dimnta gurunya untuk memberikan jawaban kepada teman-temannya. Sikap ini, diikuti dengan sikap marag warga setempat yang mengusir Siami dan keluarga dari tempat tinggalnya. "Ibu Siami dapat kita jadikan contoh model keteladanan bagi siapa pun, termasuk politisi. Ini bisa jadi gerakan awal untuk menyatakan bahwa jujur adalah hebat," kata Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung, yang juga politisi senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, kepada para wartawan di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (16/6/2011).

Pramono menyadari, contoh keteladanan mengenai kejujuran dari para pemimpin kerap tak hadir di tengah masyarakat. Maka itu, menurutnya, pemimpin perlu memberikan apresiasi, dorongan, dan semangat kepada warga yang menunjukkan sikap keteladanan. Ia juga mengatakan, kasus Ibu Siami juga menunjukkan ada yang salah dalam sistem pendidikan di Indonesia. Para pembuat kebijakan memberikan ukuran yang berlebihan kepada peserta didik dalam hal kemampuan akademis.

"Pendidikan seharusnya tidak boleh menjadi beban bagi anak kita. Pendidikan harus menjadi kegembiraan, keriangan untuk memeroleh tambahan ilmu pengetahuan," katanya.

nasional.kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Walgreens Printable Coupons